review-film-rambo-first-blood-part-ii

Review Film Rambo: First Blood Part II

Review Film Rambo: First Blood Part II. Rilis Mei 1985, Rambo: First Blood Part II langsung ubah John Rambo dari veteran trauma jadi mesin pembunuh satu orang yang balas dendam ke seluruh Vietnam. Film ini dapat budget 25 juta dolar, masuk box office nomor satu selama empat minggu, dan jadi simbol budaya 80-an yang paling ikonik sekaligus paling kontroversial. Kalau film pertama gelap dan psikologis, sekuel ini full gas: ledakan, panah peledak, dan “Sir, do we get to win this time?” BERITA BOLA

Misi yang Terlalu Gampang Berubah Gila: Review Film Rambo: First Blood Part II

Rambo dibebaskan dari penjara batu oleh Kolonel Trautman untuk misi foto intai tawanan perang Amerika di Vietnam. Janji pemerintah: “just take pictures”. Tapi begitu dia temukan tawanan masih disiksa, dia langsung langgar perintah, selamatkan satu orang, dan jadi target seluruh tentara Vietnam plus tentara Soviet. Dari situ film berubah jadi one-man-army klasik: Rambo bakar kamp, tembak helikopter pakai roket, dan lompat dari tebing sambil teriak tanpa takut apa-apa.

Aksi yang Melebihi Batas Realistis: Review Film Rambo: First Blood Part II

Berbeda dari film pertama yang masih terasa nyata, di sini Stallone minta 100% over-the-top. Satu orang lawan ratusan tentara, tank, helikopter, dan tetap menang tanpa luka serius. Adegan dia naik helikopter yang lagi terbang, tembak pilot, lalu ambil alih kendali masih jadi salah satu momen paling absurd sekaligus paling keren di era 80-an. Musik Jerry Goldsmith yang bombastis dengan synth dan drum mesin bikin tiap ledakan terasa lebih besar dari hidup.

Politik yang Super Hitam-Putih

Film ini rilis pas era Reagan, dan pesannya jelas: Amerika harus kembali ke Vietnam (secara simbolis) dan selesaikan apa yang dulu ditinggalin. Kalimat “Sir, do we get to win this time?” langsung jadi slogan politik. Banyak yang kritik film ini sebagai propaganda, tapi di sisi lain jutaan orang melihatnya sebagai katarsis: akhirnya ada yang balas dendam atas kekalahan dan rasa malu perang Vietnam. Rambo bukan lagi korban; dia pahlawan yang bikin negara musuh berlutut.

Warisan yang Masih Hidup

Rambo: First Blood Part II jadi blueprint semua film action 80-an dan 90-an. Badan Stallone yang semakin besar, busur eksplosif, dan kalimat satu baris sebelum bunuh musuh semua dimulai di sini. Film ini juga bikin nama “Rambo” jadi sinonim untuk orang yang berlebihan dalam segala hal. Meski sekarang terlihat cheesy dan terlalu patriotik, di zamannya ini adalah film yang bikin penonton berdiri tepuk tangan di bioskop.

Kesimpulan

Rambo: First Blood Part II adalah titik di mana franchise tinggalkan realisme dan peluk fantasi penuh testosteron. Film pertama bikin kita kasihan sama Rambo, film kedua bikin kita pengen jadi Rambo. Cinta atau benci, kamu nggak bisa sangkal bahwa ini salah satu film paling berpengaruh di dekade 80-an. Kalau kamu lagi pengen matiin otak dua jam dan lihat satu orang hancurkan negara, ini masih jadi jawaban terbaik. Nothing is over… sampai kamu bilang sendiri.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *